Jumat, 01 Oktober 2010

Nata De Coco Vs Nata De Soya

LIMBAH TAHU BERBAHAYA !!

Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan nata de coco siap konsumsi, banyak perusahaan-perusahaan besar pengolahan nata de coco siap konsumsi semakin memburu nata de coco mentah. Artinya nata de coco pasca panen. Masyarakatpun juga terlibat didalamnya, yaitu sebagai petani nata de coco. Ada yang menjadi satu kebanggaan, dimana perusahaan besar turut membantu pengentasan kemiskinan, karena sebagain besar masyarakat pada akhirnya akan menikmati menjadi petani nata de coco. Karena memang banyak sekali kebutuhan nata de coco saat ini. Akhirnya banyak masyarakat yang kini mengelola bisnis sebagai petani nata de coco. Ada satu yang menraik disini, masyarakat kita kini telah mulai tahu bagaimana prospek nata de coco ke depan. Sehingga akhirnya, banyak yang beralih, bahkan banting setir beralih menjadi produsen nata de coco. Apa yang terjadi?? Jika kita teliti lebih jauh, maka suatu ironi manakala menjamurnya petani nata de coco justru banyak muncul dikota, bukannya didesa. Dan dikotapun, kota yang justru sangat sedikit pasokan bahan bakunya. contoh untuk jodjakarta, sangat banyak petani nata de coco, minimal pada saat tulisan ini dimuat. Sehingga, pada akhirnya bahan baku utama yaitu Air Kelapa semakin menipis, atau bahkan tidak ada lagi, baik di pasar-pasar sebagai pemasok utama, maupun di industri-indistri pengolahan kelapa. Itulah fenomena yang terjadi saat ini. Para produsen nata de coco masih kekurangan bahan baku nata de coco, sangat ironi ketika diwilayah lain, misalnya Jambi, pasokan air kelapa sangat melimpah ruah, dan terbuang sia-sia. Coba bawa ke jogja ya, biar tidak pada bingung mencari bahan bakunya. untuk pengambilan air kelapa di pasar-pasar, biasannya perliter dihargai Rp.100,-. Ada yang berminat menjadi pemasok air kelapa?? sebenarnya ini bisnis baru lagi, jika bisa digarap dengan baik. Namun yang akan saya bahas disini bukan bisnis jual beli bahan baku, tapi bahan baku air kelapa yang disubstitusikan dengan bahan lain. Sebenarnya banyak sebagai pengganti air kelapa, antara lain ketela, santan, nanas, pisang, tahu, tempe, tentu yang kita pakai air dan limbahnya. Saya juga termasuk salah satu petani nata de coco yang saat ini juga mengalami kekurangan pasokan bahan baku. Namun pada akhirnya, setelah melewati masa lobi, dan juga memberikan sampel kepada buyer, akhirnya terjadi kesepakatan, bahwa nata de coco yang saya produksi beralih dari menjadi nata de soya, yaitu menggunakan limbah tahu. Kita tahu bahwa limbah tahu yang kalau di jogjakarta disebut kecutan, untuk saat ini belum termanfaatkan, artinya air sisa pengolahan tahu hanya dibuang. Ini sangat berbahaya, karena air ini akan menjadi sat limbah yang sangat mengganggu, terutama bau yang sangat menyengat. Jika kita perhatikan maka, memang tidak ada bedanya antara nata de coco dan nata de soya, tingkat kekenyalan, dan keuletannya... Jadi, masihkah kita mengeluh akan sulitnya bahan baku?? kapan-kapan akan saya ulas juga cara pembuatan bibit, dan pembuatan nata de soya. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar